Follow kami di google berita

Tinjauan DPUPR Berau: Banjir Karena Over Kapasitas, Apa Solusinya?

A-news.id, Tanjung Redeb– Banjir menjadi momok tahunan bagi masyarakat Kabupaten Berau, terutama saat musim penghujan tiba. Beberapa kawasan perkotaan terdampak banjir memerlukan perhatian serius, serta langkah-langkah strategis yang harus diambil oleh pemerintah daerah dan dinas terkait guna mengatasi masalah ini secara komprehensif.

Sejumlah titik genangan air, seperti di kawasan Bedungun, Kedaung, Jalan Kalimarau, Pasar Adji Dilayas, Perumahan Berau Indah, dan Gunung Panjang, menjadi fokus peninjauan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau. Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau, Hendra Pranata, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan pemantauan langsung di beberapa titik tersebut. Dari hasil tinjauan, ia menyebut bahwa meski aliran air terpantau lancar, kapasitas air yang melintasi area tersebut sudah melebihi batas normal.

“Air yang mengalir sangat over kapasitas. Hingga saat ini, kami masih terus mengupayakan peningkatan kapasitas drainase agar mampu menampung volume air yang lebih besar,” ujar Hendra.

Salah satu solusi yang diusulkan DPUPR adalah pembangunan RTH dalam bentuk area resapan air. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi volume air permukaan yang melimpah saat hujan lebat. Menurut Hendra, analisis masterplan drainase Berau menunjukkan adanya pengurangan kawasan hijau di wilayah hulu Sub-DAS Kedaung dan sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya erosi dan peningkatan debit aliran air permukaan, terutama saat hujan deras.

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Berau juga telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp30 miliar pada tahun ini untuk proyek penanganan banjir, termasuk pembangunan gorong-gorong, serta peningkatan kapasitas jaringan drainase di beberapa titik rawan. Proyek ini juga mencakup pembuatan kolam detensi dan perluasan RTH sebagai area resapan air.

“Kami sedang melanjutkan konektivitas jaringan drainase dan meningkatkan kapasitas saluran air, serta memperbanyak area resapan di sekitar kolam-kolam detensi yang ada. Semua ini merupakan bagian dari rencana besar untuk mengatasi banjir di wilayah Berau,” tambah Hendra.

Penyelesaian masalah banjir di Berau, kata Hendra, tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak saja. Partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan, terutama dengan merawat saluran air dan sungai, menjadi elemen penting dalam upaya penanganan banjir. Menurutnya, kesadaran publik untuk tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kelestarian alam di sekitar sungai serta drainase akan membantu mengurangi risiko banjir.

“Banjir memang sulit dihindari sepenuhnya, tapi yang bisa kita lakukan adalah meminimalisir dampak dan risikonya melalui berbagai upaya yang sudah dan akan terus kami jalankan,” pungkasnya.

Hendra juga menyoroti perubahan fungsi lahan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Tarum dan Rawa Indah, di mana dahulu kawasan tersebut merupakan sungai yang lebar dan hutan yang rimbun. Namun, seiring waktu, area tersebut berubah menjadi lahan terbuka dan pemukiman, yang turut memperparah risiko banjir. Oleh karena itu, Hendra menegaskan perlunya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha untuk menangani masalah ini secara lebih efektif dan berkelanjutan.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, harapannya, Kabupaten Berau bisa terbebas dari ancaman banjir yang terus membayangi setiap musim penghujan.(yf)

Bagikan

Subscribe to Our Channel