A-News.id, Tanjung Redeb — Dinas Pertanian dan Peternakan Berau laksanakan vaksin virus jembrana dan penyuntikan vitamin untuk sapi di Kecamatan Teluk Bayur, Senin, 8 Agustus 2022.
Kadistanak Berau, Junaidi mengatakan, kegiatan tersebut adalah agenda rutin yang memang merupakan arahan langsung dari Pemerintah Pusat.
Dikatakannya, pelaksanaan penyuntikan vitamin dan vaksin jemrana memang rutin dilaksanakan, terhadap peternak swasta yang ada di Berau.
“Jadi kami ke sini memenuhi panggilan dari peternak,” ujarnya.
Dikatakannya, untuk vaksin jembrana dan penyuntikan vitamin tidak dipungut biaya.
“Ini gratis,” katanya.
Lanjutnya, berharap dengan adanya pelayanan kesehatan terhadap sapi di Berau bisa menjadikan Bumi Batiwakkal lumbung protein hewani di masa yang akan datang.
“Kami lihat peternak di Berau punya peluang untuk jadi lumbung protein hewani,” tuturnya.
Dengan adanya perpindahan ibu kota negara di Kaltim, maka Berau diharap bisa menyuplai kebutuhan daging.
“Selama ini, sapi kita datangkan dari Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat. Semoga kelak kita tidak lagi membeli dari luar. Tapi malah bisa menjual ke luar,” harapnya.
Sementara itu, drh Iwan Kadianto mengatakan, vaksinasi Jembrana (JD) merupakan kegiatan rutin setiap tahun dilaksanakan dalam rangka pencegahan terhadap penyakit hewan, karena penyakit Jembrana sampai saat ini masih merupakan penyakit hewan strategis yang perlu diwaspadai yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi masyarakat peternak.
“Vaksinasi tersebut sebagai upaya pemerintah dalam mengendalikan penyakit Jembrana pada sapi Bali di Paser,” katanya.
Pencegahan penyakit jembrana dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi dan peningkatan daya tahan tubuh sapi. Vaksinasi jembrana diberikan dua kali setahun. Vaksin kedua (booster) diberikan satu bulan sejak vaksin pertama. Peningkatan daya tahan tubuh sapi dapat dilakukan dengan memperhatikan kesehatan ternak. Menjaga kesehatan sapi dilakukan dengan pemberian pakan yang cukup, memberikan suplemen dan memelihara sapi pada kandang yang bersih dan layak. Selain itu pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan pada kandang dan peralatan kandang dengan disinfektan dan anti serangga.
Seperti diketahui akibat semakin meningkatnya lalu lintas ternak yang keluar atau pun masuk ternak, merupakan salah satu penyebab penyebaran penyakit yang dikhawatirkan adalah munculnya kembali penyakit Jembrana pada sapi bali khususnya. karena merupakan beberapa kecamatan di kabupaten paser adalah daerah endemik jembrana, sehingga untuk pengendalian dan pencegahannanya terus dilakukan vaksinasi.
Penyakit jembrana merupakan penyakit menular akut pada sapi Bali yang disebabkan oleh Retrovirus, keluarga lentivirinae yang termasuk dalam famili retroviridae, ditandai dengan berbagai gejala seperti depresi, anoreksia, demam, perdarahan ekstensif di bawah kulit, dan kebengkakan kelenjar limfe, terutama limfoglandula prefemoralis dan preskapularis serta adanya diare berdarah, ditemukan juga pada banyak kasus penyakit yang disertai perdarahan kulit, sehingga penyakit ini juga disebut sebagai penyakit keringat darah. Sejauh ini Penyakit Jembrana (JD) hanya terkenal di Indonesia dan hanya menyerang sapi bali. Wabah pertama terjadi tahun 1964 – 1967 dikabupaten Jembrana, Gianyar, Klungkung, Badung, Tabanan, dan Buleleng adalah wabah terbesar. Daerah yang pernah melaporkan adanya wabah akan menjadi daerah enzootic yang mengalami kasus sporadik sepanjang tahun.
Penyakit jembrana (JD) hanya menyerang sapi Bali, penyakit jembrana tidak ditemui pada sapi yang lain. Sapi yang terserang berumur lebih dari 1 tahun dan yang terbanyak 4 – 6 tahun dan jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian penyakit ini.
Ternak yang terserang penyakit jembrana menunjukkan kenaikan suhu badan yang tinggi, berkisar antara 40-42 derajat C, disertai dengan kelesuan dan kehilangan nafsu makan. Tanda tersebut disusul dengan pengeluaran ingus yang berlebihan, lakrimasi dan hipersalivasi. Pada awalnya ingus bersifat encer dan bening, akan tetapi lambat laun ingus tersebut berubah menjadi kental seperti cairan mukosa. Gejala selanjutnya adalah pembengkakan dan pembesaran kelenjar limfe superfisial. salah satu gejala yang mencolok pada hewan yang menderita penyakit ini adalah berkeringat darah. Keadaan ini biasanya terlihat sewaktu dan setelah demam, dan berlangsung 2-3 hari lamanya. kira kira 7% hewan yang bersuhu badan 41 derajat Celcius menunjukkan gejala tersebut. Gejala ini terutama ditemukan di daerah panggul, punngung, perut dan skrotum. Keringat yang encer, seperti air dan berwarna merah seperti darah bilamana masih segar, dan menetes dari permukaan kulit melalui sepanjang bulu rambut.bila keringat menempel pada batang rambut sebagai kerak berbintil bintil dan tidak lepas bila diusap dengan tangan.
“Waktu itu, ada gejala yang menyerupai. Namun, saat diperiksakan ke laboratorium, rupanya bukan virus jembrana. Jadi sapi bisa sehat lagi,” tandasnya. (poh)