A-News.id, Tanjung Selor — Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) terus mendorong pengembangan sektor pariwisata berbasis desa yang berkelanjutan. Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah dengan memberikan penghargaan Anugerah Desa dan Kampung Wisata 2024, yang mengapresiasi desa-desa berkontribusi besar dalam mengembangkan ekonomi dan pariwisata di wilayah tersebut.
Pada tahun ini, Dinas Pariwisata Kaltara mencatat ada 11 desa yang masuk dalam nominasi Anugerah Desa dan Kampung Wisata. Dari jumlah tersebut, delapan desa berhasil meraih penghargaan sebagai yang terbaik.
Desa-desa tersebut meliputi Desa Seputuk (Kabupaten Tanah Tidung), Metun Sajau (Bulungan), Long Loreh (Malinau), Tanjung Karang (Nunukan), Sumantipal (Nunukan), Setulang (Malinau), Long Alango (Malinau), dan Sapari (KTT).
Dari kedelapan desa tersebut, Desa Setulang di Kabupaten Malinau berhasil meraih peringkat pertama, diikuti oleh Desa Metun Sajau di peringkat kedua, dan Desa Sapari di posisi ketiga.
“Kedelapan desa ini telah melalui proses seleksi ketat oleh tim independen yang terdiri dari perwakilan Kementerian dan akademisi,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kaltara, Njau Anau, pada Rabu, 2 Oktober 2024.
Njau menjelaskan bahwa desa-desa tersebut dinyatakan memenuhi sejumlah kriteria, mulai dari keaktifan masyarakat, keberadaan destinasi wisata, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), fasilitas pendukung, hingga tingkat partisipasi warga setempat dalam pengelolaan wisata.
“Delapan desa ini dinilai sudah memenuhi standar sebagai desa dan kampung wisata, sehingga layak menerima penghargaan ini,” jelas Njau.
Selain faktor keaktifan dan keterlibatan masyarakat, penghargaan ini juga mempertimbangkan aspek lain seperti jumlah kunjungan wisatawan dan kebersihan desa.
Dengan adanya Anugerah Desa Wisata ini, Njau berharap desa-desa lain di Kaltara dapat terinspirasi untuk meningkatkan kualitas pariwisata mereka, serta memperkuat kearifan lokal masing-masing desa.
Bagi desa yang belum memenuhi syarat sebagai desa wisata, Njau menambahkan bahwa status desa wisata harus ditetapkan melalui penetapan hukum oleh bupati setempat.
Ketua Pokdarwis Desa Setulang, Basmairan, yang desanya berhasil meraih peringkat pertama, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan banyak upaya untuk mengembangkan pariwisata dan ekonomi desa.
“Kami memiliki berbagai kearifan lokal, mulai dari kesenian, kerajinan, hingga wisata alam,” ujarnya.
Desa Setulang, lanjut Basmairan, memiliki dua objek wisata utama, yaitu wisata alam dan wisata budaya. “Untuk wisata alam, kami menawarkan Hutan Ta’ne Olen dan wisata aliran sungai yang masih alami. Saat akhir pekan, lokasi ini ramai dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun dari luar daerah,” jelasnya.
Sementara itu, wisata budaya di desa ini menawarkan kunjungan ke rumah adat atau balai desa. “Namun, wisata alam tetap menjadi daya tarik utama bagi wisatawan,” tambahnya.
Basmairan berharap desa-desa wisata lain di Kaltara juga dapat meningkatkan potensi wisata mereka. Desa Setulang sendiri menerima hadiah pembinaan sebesar Rp 50 juta, yang rencananya akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur desa wisata, seperti pengadaan sistem tata suara. Namun, keputusan penggunaan dana ini masih akan dibahas bersama perangkat desa.
“Dana ini akan kami gunakan untuk pengembangan lebih lanjut, tapi kami akan berdiskusi dulu dengan perangkat desa untuk menentukan penggunaannya,” pungkasnya.