Follow kami di google berita

Pihak Sekolah Buka Suara Soal Peristiwa yang Dialami Siswa di Tarakan

Pihak Sekolah Buka Suara Soal Peristiwa yang Dialami Siswa di Tarakan
Pihak Sekolah Buka Suara Soal Peristiwa yang Dialami Siswa di Tarakan

A-News.id, TARAKAN- Kasus meninggalnya Muhammad Irwan, siswa kelas 2 disalah satu sekolah dasar negeri Tarakan membuat pihak sekolah juga angkat bicara.

Kepada awak media, Kepala Sekolah korban, Siti M. menjabarkan bahwa pada bulan Agustus 2024 lalu, korban sedang belajar di dalam kelas bersama FA dan AL serta teman-teman sekelasnya yang lain. Hari itu merupakan jam pelajaran Ibu Guru Masita.

Saat jam pelajaran berlangsung, seperti biasa, Masita sedang menulis di papan tulis dan diperhatikan oleh siswa. Sambil menulis, tiba-tiba FA memukul korban dengan cara menonjok wajah korban.

“Almarhum tidak menangis saat dipukul, teman-temannya juga tidak melapor. Tidak ada pembullyan saat itu. Sehingga pelajaran berjalan seperti biasa saat itu,” kata Masita.

Bahkan ketika korban pulang sekolah, Masita tidak melihat adanya perubahan pada korban seperti mengalami bengkak atau bekas pukulan.

Namun Masita kaget karena keesokan harinya ayah korban datang ke sekolah untuk melaporkan kasus pemukulan terhadap korban, anaknya. Ayah korban melaporkan tentang kondisi mata korban yang berair karena dipukul FA.

Tidak berlangsung lama, Masita segera bertemu korban untuk bertanya alasan korban tidak melaporkan pemukulan tersebut kepada guru. Namun berdasarkan keterangan korban, FA memukul wajahnya satu kali.

“Korban ini pendiam. Saya tanyakan mengapa tidak sampaikan ke ibu nak?,” kenangnya.

Pasca mengetahui hal tersebut, korban langsung diperiksa kan ke Puskesmas untuk mendapat tindakan medis. Namun korban tak jua memiliki perubahan, sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Carsa.

Masita tak hanya melakukan konfirmasi terhadap korban namun juga kepada FA. Akhirnya ditemukanlah kasus dengan inti permasalahan yang sama yakni kursi. FA tak ingin kursinya diganti, sehingga hal ini yang memicu pemukulan terhadap korban.

Permasalahan ini sebenarnya telah dimediasi oleh pihak sekolah. Hanya saja karena sesuatu dan lain hal, orang tua korban enggan bertemu dengan orang tua FA.

“Seandainya saat kejadian guru tidak berada di kelas, maka sepenuhnya guru disalahkan. Tapi beliau sedang mengajar,” ungkap Siti M, Kepsek SDN 024.

Siti juga menambahkan bahwa pihaknya sempat menawarkan bantuan kepada korban, hanya saja ayah korban menyatakan memiliki BPJS Kesehatan. Hanya saja, sejak pemukulan tersebut terjadi, korban tidak turun sekolah dikarenakan menjalani perawatan.

“Kami sempat berkunjung ke kediaman korban untuk memberi santunan. Saat itu kondisi korban membaik, tinggal perannya yang dibuka, tidak ada keluhan. Tidak lama kemudian orang tua korban kembali datang ke sekolah untuk meminta bantuan. pengobatan, disitulah dibuat perjanjian,” beberapa Siti M.

Siti M sebagai kepsek mempertemukan orang tua korban dan orang tua pelaku untuk membahas perihal pengobatan terhadap Irwan. Dalam hal ini, Siti M meminta agar orang tua korban melampirkan nota sebagai dasar permintaan bantuan.

“Tidak ada intimidasi disini. Yang jelas orang tua FA mau membantu kemudian dilakukan perjanjian yang ditandatangani dan disaksikan pihak sekolah,” bebernya.

Namun pasca perjanjian tersebut, pihak sekolah kembali mendapatkan informasi bahwa korban kembali dirujuk ke rumah sakit dengan kondisi sulit makan, mual dan muntah kemudian dilarikan ke ruang gawat darurat.

“Kami mengonfirmasi rumah sakit, apakah korban menggunakan BPJS atau bayar pribadi. Rumah sakit bilang BPJS sehingga tidak ada biaya yang dikenakan. Namun saya menyampaikan ada bantuan Rp 2jt dari orang tua FA,” katanya.

Bahkan Siti M juga mengonfirmasi dokter mengenai korban yang apakah memiliki penyakit bawaan lain. Hanya saja ia belum mendapatkan jawaban dari dokter dikarenakan kesibukan dokter. Hanya saja orang tua korban mengaku bahwa korban tidak memiliki penyakit lain.

Kasus yang diderita korban ini mendapat arahan dari pihak rumah sakit untuk dilarikan ke Rumah Sakit Dr. Soetomo, Surabaya. Namun pihak sekolah hanya dapat meminta Baznas untuk membantu perihal korban ini.

“Yang jelas kami sudah berupaya mediasi dan sudah dilaporkan ke Disdik Tarakan,” pungkasnya. (bro)

Bagikan

Subscribe to Our Channel