Tanjung Redeb – Kabupaten Berau memasuki musim kemarau sejak awal Juli 2024. Kondisi ini membuat wilayah tersebut semakin rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kepala BMKG Berau, Ade Heriyadi, mengungkapkan bahwa meskipun masih terjadi hujan, namun intensitasnya rendah dan bersifat lokal.
“Dengan semakin berkurangnya curah hujan, kondisi lahan menjadi kering dan berpotensi memicu titik panas,” ujar Ade Heriyadi.
Peningkatan Titik Panas
Data BMKG menunjukkan adanya peningkatan signifikan jumlah titik panas di Berau dalam sepekan terakhir. Wilayah Kecamatan Pulau Derawan, Kelay, Segah, Gunung Tabur, dan Tabalar menjadi area yang paling banyak terpantau titik panas.
Peningkatan titik panas ini pun telah berdampak pada terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau melaporkan telah terjadi kebakaran di wilayah Tanjung Batu pada Selasa (6/8).
Puncak Musim Kemarau
BMKG memprediksi puncak musim kemarau di Berau akan terjadi pada Agustus hingga September. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya lahan gambut di wilayah Kalimantan yang mudah terbakar.
Mengantisipasi ancaman karhutla, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Tidak membakar lahan sembarangan: Pembakaran lahan, baik untuk pertanian maupun lainnya, sangat dilarang selama musim kemarau.
Tidak membuang puntung rokok sembarangan: Puntung rokok yang masih menyala dapat menjadi pemicu awal terjadinya kebakaran.
Melaporkan jika melihat tanda-tanda kebakaran: Masyarakat diminta segera melaporkan jika melihat asap atau api di sekitar mereka.
“Kami mengimbau seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan dan mencegah terjadinya karhutla,” tegas Ade Heriyadi.